Aku mempercepat hujaman-hujaman kejantananku, tidak mempedulikan Eksanti yang sebenarnya belum lagi selesai dengan klimaks terakhirnya. Bokep Perlahan sekali, mili demi mili batang-otot yang panas-berdenyut itu melesak ke dalam. Eksanti berteriak-teriak kecil, tak tahan menerima kenikmatan yang bertubi-tubi itu.Lalu permainan kami semakin menggila. Eksanti bangkit lagi, memandangiku dengan lahap memakan sosis yang agak basah berlumuran cairan cintanya. Apalagi ketika lidahku bermain-main di daging kecil yang menonjol dalam lempitan bagian atas kewanitaannya. Untung botol itu kuat sehingga tidak jatuh berkeping. Betul-betul spontan dan tanpa tedeng aling-aling. Eksanti memiliki bagian belakang yang mempesona, kenyal-padat dan menonjol mengundang selera. Jelas sekali terlihat kewanitaan Eksanti yang terbalut bulu-bulu hitam lebat tetapi sangat rapi karena baru dicukur, harum karena baru dibasuh sabun wangi.Bentuknya menyerupai buah ranum dengan belahan di tengah, menggiurkan sekali. “Oocch, Mas.. “Occhh.., acchh.., ngg..,” cuma itu yang bisa keluar dari mulut Eksanti.
