“Dimas, biarin aja”, kata Bu Titis lagi. “i…iya bu…Mbak”, jawabku pendek.Entah kenapa perasaan senang menyelimutiku. Bokep Live “Iya, Bu” jawabku lagi. Aku masuk lagi ke ruang produksi. “Halo mas, loh mukanya kok merah gitu”, sapa Rani sambil membereskan form request di meja. Kukulum puting tetek kiri Mbak Titis. Setelah hari itu, selama empat hari aku nemenin Mbak Titis tiap malam. Melihatku duduk Ibu Titis bertanya apakah semua order iklan sudah selesai. Ngerti!” sambungnya lagi. Kupikir abis nanyain Ibu Titis langsung masuk ke rumah eh ternyata malah nyamperin ke mejaku. “Dimas Kenapa berhenti?”, ucapnya lirih seraya matanya yang sayu memandangku. Tanpa basa-basi aku segera memutar tubuhku dan di depanku telah berdiri Mbak Titis dengan paras yang sangat cantik. Aku segera bangkit. Kuciumi terus mulai dr atas lutut sampai mendekati pangkal pahanya. Terasa hangat di wajahku ketika Mbak Titis menghembuskan nafas.




















