Kulihat di bawahku ada kain, ya seperti saputangan.“Itu kali Mbak,” kataku datar dan tanpa tekanan.Ia berjongkok persis di depanku, seperti ketika ia membersihkan paha bagian bawah. Aq tdk ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku,
“Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Bokep Korea Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Iin, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tdk aq harus bicara padanya. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aq turun. Creambath? Jari tangan mulai dingin. Jangan di sini..!” katanya.Kini ia tdk malu-malu lagi menyelinapkan jemarinya ke dalam celana dalamku. Pletak, pletok, sepatunya berbunyi memecah sunyi. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Bayar arisan. Auhh aq mau keluar ah.., Yg tolloong..!” dia mendesah keras.Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.“Yg.., cepat-cepat berkemas. Lho, salon kan tempat umum. Baunya memang agak lain, tetapi mambu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yg belum
>