Garis setrikaannya masih terlihat. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aq hanya mendengus. Bokep Family Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Tunggu apa lagi. Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas. Paling tdk ada untungnya juga ibu menyuruh bayar arisan.“Mbak Iin..,” gumamku dalam hati.Perlu tdk ya kutegur? Apa yg aq harus bilang, lho tadi kedip-kedipin mata, maksudnya apa?Mendadak jari tanganku dingin semua. Angin menerobos dari jendela. Bayar arisan. Shit! Tapi ia dingin sekali. Badannya berbalik lalu melangkah. Ya tdk apa-apa, hitung-hitung olahraga. Toh masih ada hari esok.Aq bergegas naik angkot yg melintas. Ke bawah lagi: Hah habis kancingku habis. Ah segar. Suara itu lagi. Aq dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tdk meninggalkan aq.




















