Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Bokeb Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam-dalamnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sebagai gantinya, kedua tangan Mbak Lia menjambak rambutku. Ia berusaha manahan tawanya.“Dan aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kau cium, OK?”“Deal, my lady!”“I like it!” kata Mbak Lia sambil bangkit dari sofa.Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yang besar. Sejak saat itu mulai terbina suasana dan hubungan kerja yang hangat, tidak terlalu formal. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yang mengalir membasahi kerongkonganku. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Bila kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.“Aku puas sekali, Jhony,” katanya.




















