Mas Berto berjanji untuk melunasi utangnya itu. Kadang-kadang ia juga memberikan uang belanja lebih padaqu. Bokeb Ternyata Su’eng tak seburuk yg kubaygkan, memang matanya terkesan liar dan seakan mau melahap seluruh badanku, tetapi sikapnya dan perlaquannya kepadaqu tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa grogi yg menyerangku mulai memudar.Su’eng menanyakan dgn lembut, aqu ingin minum apa. Atao pulang dgn membawa oleh-oleh untuk aqu dan Bernard anak kami. Swaminya, Berto, justru menjadikannya seseperti seorang gundik murahan. Dia tahu pasti Su’eng akan menagih hutang-hutangnya itu. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Kemudian sesudah lama berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaqu untuk melunasi hutang-hutangku dgn sebuah syarat”, ucap Mas Berto.“Apa syaratnya, Mas?” tanyaqu penasaran.“Ternyata dia menyukaimu, dia minta izinku supaya kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Berto dgn pelan dan tertahan.Aqu seperti disambar petir saat itu, aqu tahu arti ‘menemani’ selama semalam.




















