Saat aku bergerak hendak bergeser, jemarinya meraih lenganku. Bokep China Mendesah dan mengerang. Kami saling terpaku beberapa saat, sebelum akhirnya ia berkata, lebih mirip desis gusar,
“Kamu hanya mau diam begitu?”
“Sial,” makiku. “aku ingin mengecupmu.”
Kutatap ia dengan alis berkerut. “Letakkan tanganmu di sini,” bisiknya. Masih kudengar ia tertawa di belakangku. Aku memandangnya heran. Alisnya berkerut, bibirnya setengah terbuka, seolah hendak mengatakan sesuatu. Kudengar ia mendesah dan mengerang setiap aku mengusap bibir kemaluannya. Saat ia melepaskan bibirnya dari bibirku, kutatap wajahnya dengan perasaan tak karuan. “Relaks,” bisiknya di depan bibirku. Tak heran, ini sudah pukul setengah satu pagi, dan menjelang hari raya, nyaris semua orang pergi berlibur. Aku menepikan mobil dan menginjak rem. “Ikuti saja iramanya,” ia berbisik lagi. “Kamu marah?” kudengar ia bertanya. Aku terlena saat bibirnya memagut bibirku. Lalu kubaringkan tubuhku di atas tubuhnya. “Kurasa juga demikian. Katanya, “Mungkin. “Kamu marah?” kudengar ia bertanya.
>