Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.Darahku mendesir. Bokep Ojol Creambath? Kuusap sisa cream. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Lha wong Mbak Wien menutupi wajahnya begitu. Ia tidak membalas tapi lebih ramah. Masih menutupi diri dengan tabloid. Aku terpejam menahan air mani yang sudah di ujung. Bicara apa? Sampai ia selesai mengelap bagian belakang pahaku dan berdiri. Ada dipan kecil panjangnya dua meter, lebarnya hanya muat tubuhku dan lebih sedikit. Hap.“Mau pijit lagi..?” ujar suara wanita muda yang kemarin menuntunku menuju ruang pijat.“Ya.”Lalu aku menuju ruang yang kemarin. Atau jangan-jangan ia juga disuruh ibunya bayar arisan. Tapi mengelap dengan handuk hangat sisa-sisa cream pijit yang masih menempel di tubuhku. “Oh ya. Dingin. Aku mengurungkan niatku. Aku tahu di mana ruangannya. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. “Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Wien.Aku mengambil pakaianku.




















