Jam berapa aq berangkat. Bibirnya sedang tdk terlalu sensual. Bokep Live Ya tdk apa-apa, hitung-hitung olahraga. Bodoh amat. Sial. Lalu pijitan turun ke bawah. Masih menutupi diri dengan tabloid. Turun tdk, turun tdk, aq hitung kancing. Hanya suara kebetan majalah yg kubuka cepat yg terdengar selebihnya musik lembut yg mengalun dari speaker yg ditanam di langit-langit ruangan.Langkah sepatu hak tinggi terdengar, pletak-pletok-pletok. Sudahlah. Aq tdk dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. “Mbak Iin.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Aq tdk menjepit tubuhnya. Mulutnya persis di depan Penis hanya beberapa jari. Semua orang bebas masuk asal punya uang. Suara itu lagi. Wanita setengah baya itu merenggangkan bibirnya, ia terengah-engah, ia menikmati dengan mata terpejam.“Mbak Iin telepon..,” suara wanita muda dari ruang sebelah menyalak, seperti bel dalam pertarungan tinju.Mbak Iin merapihkan pakaiannya lalu pergi menjawab telepon.“Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Iin.Aq mengambil pakaianku.




















